Macam-macam Syirik

Syirik artinya menyekutukan Allah swt dalam peribadatan dengan salah satu makhluk-NYA dengan selain Allah.
PENYEBAB SYIRIK
Ada beberapa faktor yang menyebabkan manusia terjerumus kepada syirik, antara lain:
1. Pengagungan yang berlebihan.
a. Pengagungan biasa (thobi’i) seperti:
Pengagungan seseorang anak terhadap bapaknya/orangtuanya
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Qs. Al: Isra’: 23.-24).
Pengagungan terhadap Nabi dan Rosul
Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. An-Nisa’: 64)
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Qs. An-Nur: 63)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. (Qs. Al-Hujrat: 2-3)
Pengagungan seperti ini dianjurkan bahkan diwajibkan.
b. Pengagungan yang berlebihan sehingga sampai kepada pengkultusan (Taqdis).
Pengagungan seperti ini yang menyebabkan timbulnya syirik seperti pengagungan seseorang terhadap:
 Ulama
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, Dan melakukan tipu-daya yang Amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr. (Qs. Nuh: 21-23)
 Para Nabi
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. At-taubah: 30)
 Para Pendeta
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. At-Taubah: 31)
 Malaikat
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Qs. Al-An’am: 100)
 Jin
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ), Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, (Qs. As-shoffT: 158-159)
 Benda-benda yang ada dilangit
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah. (Qs. Fushilat: 37)
2. Bersandar pada sesuatu yang bisa diketahui oleh panca indera
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (Qs. Al-Baqarah: 55)
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (Qs.Al-A’raf: 138)
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan Kami sendiri, tetapi Kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, Maka Kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya,. Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, Maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa". (Qs. Thoha: 87-88).
3. Mengikuti hawa nafsu
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (Qs. Luqman: 21)
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, (Qs. Maryam: 59)
Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Qashas: 50)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, (Qs. Al: Furqan: 43)
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Qs. Al-Imran: 14)
4. Sombong
Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak melihat(nya)? (Qs. Az-Zuhruf: 51)
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat. (Qs. Al-:Mu’min: 56 )
"Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas, Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?". Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (Qs. An-Nazi’at: 17-20)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan".Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Baqarah: 258)
5. Adanya para thoghut yang menindas manusia dan tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya Kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". (Qs. Al-A’raf: 59-60)
Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?". Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya Kami benar benar memandang kamu dalam Keadaan kurang akal dan Sesungguhnya Kami menganggap kamu Termasuk orang orang yang berdusta." (Qs. Al-A’raf: 65-66)
Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shaleh. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, Maka biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Shaleh di utus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya". Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya Kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu". (Qs. Al-A’raf: 73-76)
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena Sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka". (Qs. Ibrahim: 28-30)
Dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya". dan (alangkah hebatnya) kalau kamu Lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan Perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah Kami menjadi orang-orang yang beriman". Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa". Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru Kami supaya Kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya". kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Saba’: 31-33)
BEBERAPA BENTUK SYIRIK
Sujud kepada berhala bukanlah satu-satunya bentuk syirik. Apabila kita kembali kepada Al-quran kita akan tahu bahwa sujud kepada berhala adalah satu dari sekian banyak dari bentuk syirik. Diantara bentuk-bentuk syirik tersebut adalah:
1. Syirik mendekatkan diri kepada selain Allah swt, yaitu mendekatkan diri kepada sesuatu benda dengan berkeyakinan bahwa benda tersebut dapat mendekatkan diri sipelakunya kepada Allah swt.
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. Azzumar: 3)
2. Syirik memohon pertolongan kepada selain Allah (syafa’at)
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Qs. Yunus: 18)
Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah: "Dan Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan" (Qs. Az-Zumar: 43-44)
3. Syirik cinta (mahabbah) dan wala’ (loyalitas). Wala’ seorang mu’min wajib ditujukan hanya kepada: Allah, Rosul dan orang-orang beriman.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Ma’idah: 55-57)
Haram seorang mu’min berwala’ (loyalitas) ditujukan kepada:
1. Yahudi.dan Nashrani
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Ma’idah: 51)
2. Orang kafir lainnya.
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Qs. At-Taubah: 23)
3. Orang yang menentang agama Allah.
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (Qs. Al-Mujadilah: 22)
4. Orang yang mencela agama Allah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Maida: 57)
Sorang mu’min haram mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). ( Qs. Al-Baqarah: 165)
Siapa yang memberikan wala’nya kepada selain Allah, Rosul dan orang mu’min atau mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah, berarti ia telah melakukan kesyirikan.
4. Syirik dalam ketaatan dan pengikutan.
a. Mengikuti selain apa yang diturunkan Allah.
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Qs.Al-A’raf: 3)
b. Mengikuti hukum yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. At-Taubah: 31)
Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya Kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik Kami maupun bapak-bapak Kami, dan tidak pula Kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; Maka tidak ada kewajiban atas Para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Qs. An-Nahl: 35)
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang Amat pedih. ( Qs. A-Syura: 21)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. An-Nisa’: 65)
5. Syirik riya’
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Qs. Al-Kahfi: 110)
PENGARUH SYIRIK
Ada beberapa pengaruh negative yang di sebabkan oleh syirik antara lain:
a. Memadamkam fithrah manusia. Padasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fithrah (suci) bertauhid. Maka seseorang yang melakukan syirik berarti ia telah memadamkan cahaya fithrah dan ketauhidannya.
b. Mematikan tuntutan untuk selalu menyucikan jiwa dari hal kemusyrikan. Jiwa yang bertauhid tidak akan tenggelam dalam lumpur hawa nafsu. Ia akan selalu melihat ke alam yang tinggi. Namun jiwa yang telah dilumuri oleh syirik akan jatuh ke jurang kehinaan.
Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (Qs. Al-hajj: 31)
c. Menghilangkan perasaan Izzah (kemulyaan) dan melibatkan pelakunya dalam perbudakan yang hina, izza itu kepunyaan Allah, rosul dan orang-orang beriman.
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah[1478], benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.(Qs. Al-Munafiqun: 8)
Seseorang yang tidak beriman dia tidak memiliki Izzah dan tidak akan pernhah tahu dan merasakannya, bahkan ia menjadi budak dunia, syahwat dan hawa nafsu yang hina.
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Qs. Muhammad: 12)
d. Menggugurkan amal shalih.
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi (Qs. Azzumar: 65).
e. Kekal dalam neraka.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya. (Qs. An-Nisa’:: 116-121)

FENOMENA DA’WAH DALAM TAHDZIR IRJA’ DAN KHOWARIJ

oleh: M. Tamimudin
A. Pengertian Da’wah
Da’wah "دعوة" adalah bahasa arab yang merupakan isim mashdar (kata asal) dari دعا - يدعو – دعوة yang memiliki arti; ajakan, seruan, undangan, atau panggilan.
Kata da’wah "دعوة" merupakan satu kegiatan mengajak, memanggil dan menyeru orang lain kepada apa yang diinginkan syari’at Islam secaara terencana, terukur dan terevaluasi. Da’wah harus dilaksanakan dengan teori. Perencanaan yang matang, penelitian lapangan atau literature, pengorganisasian dan manajemen da’wah yang baik, kemudian mengevaluasisi hasil dan melakukan perobohan cara untuk masa yang akan datang, bila ternyata cara-cara terdahulu mempunyai kelemahan atau kekeliruan.
Da’wah menurut pengertian tokoh Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: da’wah adalah mengajak mengimani Allah SWT, mengajak mengimani ajaran yang telah dibawa rosulNya dan mentaati perintah mereka. Inilah yang dimaksud da’wah ilallah.
Moh. Natsir menyebutkan, da’wah adalah usauha-usaha menyeru dan menyampaikan kepada perorangan manusia maupun seluruh umat, tentang konsepsi Islam, pandangan hidup dan tujuan hidup manusia didunia ini. Yang meliputi amar ma’ruf nahi mungkar, dengan berbagai cara dan media yang diperbolehkan bertujuan membimbing prikehidupan perorangan, rumah tangga, bermasyarakat dan bernegara.
B. Tanggung Jawab Da’wah
Setiap manusia membutuhkan da’wah karena ia merupakan kebutuhan pokok yang tidak jauh beda dengan kebutuhan pokok material lainnya, ia merupakan pengisi kehampaan berfikir, pengisi kekosongan jiwa, pengisi ilmu pengetahuan, pencegah kesalahan tindakan, penerang kebenaran dan pembeda antara yang hak dan yang bathil, oleh karena itu menyeru sebagai yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar merupakan tugas kewajiban setiap muslim karena inilah umat memiliki gelar khiru ummah (umat yang paling baik).
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Imran: 110).
Dalam ayat ini terkandung dua ma’na yaitu; sebaik-baik umat, kedua kekhususannya sehingga menjadi terbaik karena menegakkan perintah pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar. Dengan adanya perintah inilah sehingga menjadikan umat ini memiliki ciri khas tersendiri dengan khoiru ummah.
Rosullah saw bersabda:
عن أبى سعيد الخذري رضي الله عنه قالــــ : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من راى منكم منكرا فليغيره بيده وإن لم يستطع فبلسانه وإن لم يستطع فبقلبه, وذالك أضعف الإيما ن "رواه مسلم"
Barangsiapa di antara kamu melihat satu kemungkran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan kekuasaannya, dan jika ia tidak sanggup, maka dengan mulutnya, dan jika (dengan demikian) ia juga tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan yang terakhir ini adalah merupakan selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
Shalih Ibnu Utsaimin mengatakan mengenai hadits diatas, bahwa Nabi saw telah memberikan perintah kepada segenap ummat untuk mengubah kemungkaran apabila ia menyaksikkannya. Kemudian beliau melanjutkan, dalam hal ini ada tiga tahapan: yaitu mengajak, memerintah, dan mengubah. Mengajak untuk berbuat yang ma’ruf, memerintah untuk berbuat yang ma’ruf maupun menjauhi yang mungkar, kemudian mengubah sebuah perbuatan dari yang mungkar kepada yang ma’ruf baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Selemah-lemah iman adalah pengingkaran dengan hati terhadap kemungkaran. Hal itu merupakan tingkatan terendah karena tidak adanya sikap perbuatan yang mencoba untuk merubah kemungkaran tersebut ataupun tidak adanya kemampuan untuk amar ma’ruf nahi mungkar.
Dalam surah Al ‘Ashr Allah berfirman:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al ‘Ashr: 1-3)
Dalam kaidah ushul mennyebutkan “dasar dalam perintah adalah wajib kecuali ada dalil yang menyelisihinya”. Darisini telah jelas merupakan sebuah kewajiban untuk saling mengisi, menasehati, mengajak diantara sesama muslim dan memang merupakan posisi kerugian ketika mereka meninggalkan perintah tersebut.
Da’wah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat, ini adalah kewajiban sebagai bawaan fithrah manusia selaku makhluk ijtima’I dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risalah. Kitabullah dan sunnah Rosulullah saw.
C. Problematika da’wah Fenomena Tahdzir Irja’i dan Khowariji
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa setiap muslim ada beban tanggung jawab untuk da’wah yang sehingga dien ini selalu terjaga akan kemurnian ajarannya dan dengan inilah yang menjadikan umat ini memiliki kemulyaan. Seiring dengan perjalanan da’wah saat ini dan bahkan sejak terdahulu tidak akan lepas dalam apa yang disampaikan antara da’i yang satu dengan da’i lain mengandung perbedaan pendapat. Memang sebagai landasan dalil dalam menghukumi suatu hal adalah obyektif namun dalam mengintrepetasikan dalil tersebut terhadap sebuah objek permasalahan yang ia hukumi akan muncul keberagaman, sebagai dasar inilah sehingga sebuah perbedaan muncul dan bahkan berlanjut menimbulkan perpecahan yang tajam.
Diantara fenomena perbedaan dan bahkan menimbulkan perpecahan antara sesama pengusung da’wah ala manhaj salaf saat ini, adalah munculnya pengklaim khwarij terhadap mereka yang terlalu tegas dalam da’wah dan sebagai reaksinya muncul pengklaim murji’ah terhadap mereka yang da’wahnya terlalu lembek. Apabila melihat dari segi materi-materi yang mereka sampaikan hampir rata-rata mereka sama dalam mengambil rujukan dari buku-buku ulama timur tengah seperti syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahkan ulama kontemporer syaikh bin Baz syaikh Utsaimin, Syaikh Albani dll, namun ketika telah sampai pada bab apakah fulan kafir atau tidak ketika telah melakukan perbuatan kekufuran mereka terpecah bahkan saling menyalahkan dan bagi yang terlalu keras di capnya sebagai khawarij sedangkan bagi yang terlalu lembek di capnya sebagai murji’ah sebagia reaksi dari pengecap khawarij.
Pemikiran yang di cap khawarij karena dianggap terlalu tegas dalam mengfonis, terlalu berani dalam mengkafirkan seseoarang secara terang-terangan bahkan disiarkan secara umum baik lewat halaqah-halaqah, pengajian-pengajian maupun lewat media mereka bahwa si fulan telah kafir karena telah melakukan perbuatan kekufuran demikian, demikian dan demikian, sehingga bagi mereka yang sependapat akan mengikuti mengkafirkan fulan tersebut sedangkan yang tidak muncul klaim sebaliknya bahkan menganggap mereka adalah khawarij yang mengkafirkan kaum muslimin secara serampangan.
Sedangkan yang telalu lembek pemikiran mereka kebalikan dari model pemikiran khowarij yang di atas, mereka terlalu toleran dan terlalu rumit dalam hal apakah fulan kafir atau tidak ketika telah melakukan perbuatan yang menyebabkan kafir, biasanya dalih mereka adalah apakah dia menghalalkan perbuatan tersebut (menghalalkan perbuatan kekufuran/ kema’shiyatan) atau tidak, atau dia mengingkari perbuatan tersebut (mengingkari perintah wajib) atau tidak, selama hati mereka ada keimanan maka ia tetap beriman ataupun selama tidak menghalalkan/membolehkan perbuatan kekufuran tersebut maka ia tetap dianggap sebagai seorang muslim meskipun ia telah melakukan perbuatan kekufuran yang tidak sekali.
Sikap tawassuth (pertengahan) dalam da’wah
Sebuah perdaan pasti akan muncul meskipun fakta adalah objektif namun ketika telah ditafsirkan oleh berbagai orang pasti akan tidak sepi dari berbagai perbedaan. Begitu juga dalam hal apakah fulan telah kafir atau tidak pasti banyak menimbulkan perbedaan pendapat, dalam konteks cara penanggulannya saja para imam fiqih berbeda pendapat apalagi yang menghukumi adalah seseorang yang tidak memiliki prioritas dalam hal tersebut, maka berakhir pada ujung saling mengfonis antara khowarij dan murji’ah.
Islam telah memiliki berbagai aturan-aturan dan konsekuensi hukum terhadap orang yang murtad, para ahli fiqih imam madzhab telah menjelaskan secara detail dalam masalah ini di berbagai kitabnya, dan merekapun sepakat bahwa yang menegakkan hukum antar fulan kafir atau tidak adalah mahkamah syar’iyyah sehingga dengan itu dapat ditindak lanjuti entah dibunuh atau diasingkan. Adanya mahkamah syar’iyyah sebagai penegak hukum terhadap kasus murtad adalah sebagai penjaga kelestarian dan persatuan umat, Ibnu Qoyyim menilai sebagai kebijakan politik untuk memelihara umat dan pranata kenegaraannya yang Islami, menjaga dari hambatan-hambatan dan musuh-musuh Islam yang senantiasa menuduh Islam. Dari sinilah sehingga prioritas fonis bahwa fulan telah keluar dari islam adalah mahkamah syar’iyyah yang kemudian ada konsekuensi untuk ditindak lanjuti bukan perindifidu yang tidak bisa bahkan sulit untuk menyatukan sebuah asumsi, disisilain tidak bisanya untuk menegakkan konsekuensi atas apa yang dituduhkannya itu.
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa berganti Agama, bunuhlah ia." (HR. Bukhari).
Sebenarnya apabila di kembalikan ke pendapat para imam madzhab tidak ada masalah dalam menyikapi masalah seperti ini, akan tetapi yang menyebabkan permasalahan adalah kurang fahamnya seseorang dalam hal fonis kafir terhadap sesama muslim yang kemudian diumumkan secara serampangan entah lewat pengajian halaqah media dan lain sebagainya. oleh karena itu adanya mahkamah syar’iyyah sebagai penegak keadilan, penjaga kelestarian, keamamanan dan kedamaiaan diantara sesama muslimin.
Allah berfirman:
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Maidah: 8).
Rosulullah saw bersabda:
حديث عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذكفر الرجل أخاه, فقد باء بها أحدهما. (رواه مسلم)
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan) itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan atau yang dikatakan). (HR. Muslim)
Ayat diatas menjelaskan tuntutan untuk berlaku tawasuth (pertengahan) adil sedangkan hadits menjelaskan untuk berhati-hati dalam mengfonis, tidak gegabah dan serampangan sehingga terhindari dari kata-katanya yang berbalik ke dirinya sendiri bisa jadi dirinya kafir atau orang yang dituduhnya kafir. Dari dua dalil diatas dapat difahami bahwa fonis hukum murtad tetap berlaku bagi mereka yang telah melanggar penyebab kekufuran namun disisilain konsekuensi dari fonis tidak dapat dijalankan karena tidak adanya mahkamah syar’iyyah, maka itu menurut penulis fonis itu cukup berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak menyebar luaskan secara umum antisipasi terjadinya fitnah sehingga muncul klaim antara faham khowarij dan murji’ah.
Wallahu a’lam.

agama dan konflik sosial

Pendahuluan
Pada dasarnya agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, kerena bagaimanapun juga manusia membutuhkan kontrol diri dan pengawasan agama. Hadirnya agama sangat berperan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris dengan adanya keterbatasan kemampuan dan ketidak pastian dari manusia.
Sesuai fungsinya, mengambil penjelasan Hendro Puspito, bahwa fungsi agama itu adalah edukatif, penyelamatan, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan transformative. Oleh karena itu, jika fungsi agama berjalan dengan baik, masyarakat dapat merasa aman, stabil, sejahtera dan sebagainya.
Namun, karena agama yang dianut oleh manusia didunia ini tidak hanya satu, maka tentu saja klaim kebenaran masing-masing agama yang dianut oleh setiap orang akan muncul ke permukaan. Jika klaim itu dihadapkan pada penganut agama lain, maka sudah dapat diduga akan terjadi benturan anatar penganut agama, yang masing-masing memiliki klaim kebenaran.
Maka , makalah yang ada saat ini mencoba untuk mengungkap bagaimana seseorang mengeksperesikan keberagamaannya di hadapan penganut agama lain dengan tanpa ada benturan, atau paling tidak dapat meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama.
Pengertian Agama
Menurut Hendrapuspito, agama adalah suatu jenis sistem social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakan unutk mencapai keselamatan bagai mereka dan masyarakat luas umumnya.
Definisi lain disebutkan dalam kamus sosiologi, bahwa agama dapat diartikan keadaan tiga macan definisi, di antaranya:
1. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual.
2. Perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri.
3. Idiologi mengenahi hal-hal yang bersifat supranatural.
Sementara itu, Thomas F. O`die mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana supra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris.
Dari definisi diatas, dapat tergambar jelas bahwa agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga diharapkan dapat mengatasi-masalah yang non-empiris.
Pengaruh agama terhadapa masyarakat
Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga aspek yang perlu untuk dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem social dan aspek kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada perilaku manusia.
Berkaitan dengan hal ini, Elizabeth K. Notthingham mengelompokkan tipe manusia dalam kehidupan masyarakat dan hubungannya dengan agama. Yaitu segabai berikut;
1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral. Tipe masyarakt ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Tidak ada lembaga lain yang relative berkembang selain lembaga keluarga, agama menjadi fokus utama bagi pengintegrasi dan persatuan masyarakat dari masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, kemungkinan agama memasukkan pengaruh yang sakral keadalam sistem nilai-nilai masyarakat sangat mutlak.
2. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi dari pada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam masyarakat ini. Tetapi, pada saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekuler sedikit banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase kehidupan sosial masih diisi oleh upacara-upacara keagamaan, tetapi pada sisi kehidupan lain, pada aktivitas sehari-hari, agama kurang mendukung, agama hanya mendukung adat istiadat saja. Salah satu akibatnya, anggota masyarakat semakin terbiasa dengan penggunaan metode empiris yang berdasarkan penalaran dan efisien dalam menanggapi masalah-masalah kemanusaian sehingga lingkungan yang bersifat sekular semkin meluasa.
Agama sebagai faktor konflik
Sepintas, tema diatas kelihatannya sangat paradox. Disatu sisi agama dipandang (oleh pemeluknya) sebagai sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Sebagaiman yang disinyalir oleh Jhon Efendi, menurutnya, agama pada suatu waktu memproklamirkan kedamiaan, jalan menuju keslamatan, persatuan, dan persaudaraan, namun pada waktu yang lain menampakkan dirinya sebagai suatu yang dianggap garang dan menyebar konflik, bahkan takjarang, seperti dicatat dalam sejarah, menimbulkan peperangan.
Dalam wacana, teori konflik beranggapan bahwa masyarakat adalah suatu keadaan konflik yang berkesinambungan diantara kelompok dan kelas serta kecendrungan kearah perselisihan, ketegangan, dan perubahan. Yang harus digaris bawahi adalah “ masyarakat “. Karena, masyarakat menjadi lahan untuk menumbuhkan dan memyubutkan konflik. Diantara faktor yang mempengaruhi kearah seperti itu bisa bermacam-macam, diantaranya, factor ekonomi, politik, social, bahkan agama. Oleh karena itu, pada sisi ini agama bisa saja menjadi salah satu faktor timbulnya konflik yang ada di masyarakat.
Apabila merujuk pada al-quran, banyak indikasi yang menjelaskan adanya factor konflik yang ada di masyarakat. Secara tegas al-quran menyebutkan
        ••       
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Ar-Rum: 41).
Ayat ini bisa dijadikan argumentasi bahwa penyebar konflik sesungguhnya adalah manusia. Oleh karena itu, dalam pembicaraan ini akan melihat dari segi penganut agamanya, bukan agamanya, untuk mengidentivikasi timbulnya konflik.
Penganut agama adalah orang yang meyakini dan meyakini suatu ajaran agama. Keyakinannya itu akan melahirkan bentuk perbuatan baik maupun buruk, yang dalam term islam disebut “amal perbuatan”. Dari mana mereka meyakini bahwa suatu perbuatan itu baik dan buruk. Keyakinan ini dimiliki dari rangkaian proses memahami dan mempelajari ajaran agama itu. Oleh karena itu, setiap penganut akan berbeda dan memiliki kadar intepretasi yang beragam dalam memahami ajaran agamanya, sesuai dengan kemampuanya msing-masing.
Akibat perbedaan pemahaman itu saja, cikal bakal konflik tidak bisa dihindarkan. Dengan demikian, pada sisi ini agama memiliki potensi yang dapkat melahitkan berbagai bentuk konflik (intoleransi). Paling tidak, konflik seperti ini adalah konflok intra- agama atau disebut juga konflilk antar madzhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemaham terhadap ajaran agama.
Terjadinya dilema dalam pelembagaan agama
Disfungsi agama, kekaburan hubungan antara agama dengan masyarakat, dan peranan agama dalam melahirkan serta memperbesar terjadinya konflilk social secara keseluruhan dipersulit oleh kenyataan bahwa kelembagaan agama itu sendiri menghasilkan seperangkat dilema yang secara structural inheren, dan itupun dapat dianggap sebagai cirri khas perkembangan organisasi kagamaan. Kemudian disisi lain, ia menjadi penyebab kendala internal dan fungsional berasal. Diantara paradox pelembagaan itu adalah sebagai berikut;
1. Dilema motivasi campuran
Dalam periode pertama atau periode kharismatik perkembangan agama pada mula didirikan, biasanya terlihat dalam hubungan antar pemimpin kharismatik dengan para pengikutnya, motivasi partisipan yang aktif cenderung ditandai oleh cara befikir yang sangat sepihak. Gerakan keagamaan memang memuaskan kompleks kebutuhan pengikutnya tetapi kebutuhan demikian dipusatkan pada nilai-nilai keagamaan sebab ia dikemukakan dan disatukan oleh pemimpin kharismatik. Tetapi, dengan pelembagaan diperkenankan inovasi penting.
Pelembagaan menyangkut perangkat setatus dan peran yang setabil, dalam arti fungsi, yang mencakup adanya hak dan kewajiban. Di sana muncul struktur jabatan yang melibatkan seperangkat ganjaran yang berjenjang berupa pristise, kesempatan hidup, dan kompensasi materi.
2. Dilema simbolis; objektivitas versus alienasi
Kita telah melihat bahwa reprensetasi pengalaman agama merupakan masalah penting bagi kehidupan kelompok keagamaan, dan ia merupkan suatu performans simbolis. Sebagai suatu penyatuan makna-makna agama dan sebagai sarana pelaksanaan sikap beragama, maka simbol ini tunduk kepada kendala dan dilema yang terkandung dalam agama itu sendiri. Utnuk mempertahankan orisinil, dengan hubungan supra empirisnya dengan yang suci dan yang tertinggi ia haris memperoleh pengungkapan dalam bentuk simbolis yang dengan sendirinya bersifat emprirs dan profane yang perulangannya menjadi lazim dan bersifat sehari-hari.
Oleh karena itu, pengunaan simbol untuk memungkinkan pemahaman akan hal yang suci, dapat merupakan langkah pertama dalam rutinitas.
3. Dilema tertib administrasi; elaborasi dan alienasi
Rutinitas kharisma sering melahirkan organisasi formal dengan struktur birokatis. Jabatan-jabatan baru cenderung berkembang dengan muculnya fungsi-fungsi baru. Kemudian preseden-preseden yang telah digariskan melahirkan trasformsi-transformasi yang ada. Bentuk luar yang umum dari struktur pemerintahan cederung menceminkan masalah dan fungsi sebagai tanggapan terhadap strutur yang berkembang.
4. Dilema pembatasan; batasan konkrit versus substitusi serifikat iman
Untuk mempengaruhi kehidupan manusia maka ajaran agama yang sebenarnya harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga relevan dengan kegiatan sehari-sehari dan meyangkut manusia. Kemudian utnuk melestarikan isi ajaran, ia harus bebas dari penafsiran yang akan mengubahnya sedemikian rupa sehingga menimbulkan konflik dengan etos intinya.
Kebutuhan ini merupakan cirri khas ajaran agama dan etika yang tersirat didalam agama. Kedua kebutuhan ini menunjukkan tekanan yang kuatakan perlunya batasan.
Proses definisi dan konkritisasi ini sekaligus merupakan langkah reallisasi pesan agama dan etika-secara relative menunjukkan bahwa hal ini relafan dengan lingkungan kehidupan baru kelompok keagamaan itu- dan karena itu melibatkan resiko sebab membuat apa yang pada awalnya merupkan panggilan yang luar biasa [ekstra or dinary] menjadi hal biasa.
Yang erat hubungannya dengan dilemma pembatasan, dilema objektifitas dan aliensi simbol-simbol ini adalah benuk degenerasi simbol-simbol, yang oleh seorang sarjana agama tekenal yaitu Merciea Eliadie, dinamakan proses infentiliasi dalam proses kekanak-kanakan simbol sering diambil dengan cara yang kekanak-kanakan, terlalu konkrit, dan terpisah dari sistem dimana ia merupakan bagian.


5. Dilema kekuasaan; konfrensi versus paksaan
Pengamalan agama membutuhkan suatu panggilan, karena itu menggerakkan disposisi batin orang yang terpanggil secara sukarela mengikuti pemimpin agama, keyakinan agama dan gerakan agama. Ini melibatkan komitmen individual yang dapat disebut sebagai “pembuatan iman”. Tetapi iman sebagai komitmen terhadap supra-empiris mengandung kemungkinan adanya kesangsian bila organisasi keagamaan dilembagakan dan disesuaikan dengan masyarakat dan nilai-nilainya, maka iman akan ditopang oleh pendapat umum dan ide-ide penghormatan yang ada. Atau lebih tepatnya, iman ditopang oleh pembenaran sukarela dan oleh persetujuan dan dukungan dari penguasa yang sah. Hasilnya adalah suatu kejelasan yang sempurna yang cenderung berkembang dan menunjukkan isi iman pada umumnya. Isi yng terkandung dalam iman itu cenderung diterima tanpa dipersoalkan, dan karena itu dia terbuka bagi pertanyaan bila timbul masalah.
Jadi, keyakinan agama-sebagaimana Troelts mengistilahkan-tidak saja dibuat lebih tebuka bagi pertanyaan, tetapi secara fungsional juga lebih signifikan bagi masyarakat sekuler. Iman dan kesangsian tetap erat berhubungan, dan dibawah “sifat yang terbukti dengan sendirinya” yang terlembaga itu, struktur dasar agama dan legitimasi masyarakat tetap terbuka untuk pertanyaan yakni pertanyaan yang menjaukan yang diperoleh secara suka rela, tetai hanya merupakan kepercayaan yang hanya jelas diluarny saja.
Kelima dilema diatas inheren dalam proses rutinisasi kharisma keagamaan. Semua merupakan karakteristik setruktural proses pelembagaan dan dengan demikian merupakan sumber penting bagi ketegangan dan pertikaian. Dilem-dilema tersebut telah banyak menyebabkan protes yang puncaknya dalam sekte puriutanisme dan sekte kiri, usaha-usaha persatuan reformasi untuk kembali kegereja semula, penolakan scolatisisme, dengan formulasi filosofis yang kompleks, dan penulakan hukum kaco dengan definisi yang terinci, semua itu menunjukkan arti penting dilema-dilema ini dalam sejarah agama barat.
Wallahu a’lam bishowab

beatiful a mom....

a gril spoke to her mother in a shiny morning " I wanna be like you, tell me some thing mom... you always look beatiful." the mother answered, whit her thoucing gaze and smile
"speak words of kidness for attractive lips,
spread your sincere smile on the eart for dimple on your cheek,
see always the good people for lovely eyes,
share your food with the poor for a slim figure,
count your prayer of adoration whit them,
for lovely caving fingers,
wash it in every change of time for white bright face,
"my daughter...
"physical beauty fades a way with time but beautiful deeds hold true even after death."

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme