Perihal Membangun Jembatan

Oleh : M. Tamimudin
PENDAHULUAN
Budaya berasal dari budhayah bentuk jamak dari budhi bahasa sangsekerta yang artinya budi dan akal atau hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan dalam bahasa inggris budaya disebut dengan culture yang berasal dari bahasa latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Sedangkan budaya yang di maksud adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dari ini semua bagaimana jika kebudayaan itu bertentangan dengan agama semisal pola-pola perilaku yang ajaran agama tidak mensyariatkannya, atau organisasi sosial yang pengadaannya untuk melawan arus agama dan lain-lain.
Berikut ini adalah ringkasan paper materi kuliyah komunikasi lintas budaya dan agama dengan judul Perihal membangun Jembatan yang ditulis oleh Wilbur Schramm, isi tulisan menyangkut masalah bagaimana membangun komunikasi dengan orang yang berbeda kebudayaan ? semisal orang Amerika yang berbeda budaya bergaul dengan orang Jepang yang suka merukukkan badan tatkala memberi hormat pada sesamanya dan lain-lain, maka dari sinilah penulis akan mencoba mengoreksi sesuai dengan tinjauan islam sebatas pengetahuan penulis, dengan bentuk tulisan yang terpotong demi keringkasan tulisan. Dalam tulisan tersebut adakalnya benar dan adakalanya salah ditimbang sesuai dengan batasan-batasan peraturan agama, namun apabila terdapat kekurangan-kekurangan dan kesalahan dalam pengoreksian diperkenankan bagi pembaca untuk memberi masukan-masukan atau menambahkan demi terwujudnya tulisan yang lebih baik.
PEMBAHASAN
Wilbur Schramm berkata, Pada awalnya kita cukup bijak, tetapi makin banyak kita belajar makin kita dapatkan bahwa kita perlu belajar lagi.
Demikianlah keberadaan orang yang menuntut ilmu semakin dalam apa yang di tuntut semakin timbul rasa penasaran apa yang dipelajari, sehingga tidak merasakan terbatasnya waktu untuk belajar karena telah merasakan ni’matnya menuntut ilmu. Ayat maupun hadits banyak menyebutkan akan utamanya orang yang berilmu diantaranya Allah berfirman:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Almujadilah: 11).
"Apakah sama orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu." (Az Zumar: 9)
Nabi saw bersabda: keutamaan orang yang berilmu dengan orang dengan ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. (HR. Tirmidzi). Dll.
Wilbur Schramm berkata, ketakutan akan satelilt komunikasi yang menyebar ke negara Dunia Ketiga pada permulaan tahun 1970-an. Satelit yang dapat menyampaikan siaran telvisi langsung kerumah barangkali lima belas tahunan lagi. Masih ada waktu untuk merencanakan dan bekerja sama agar instrumen itu digunakan untuk kebaikan semua orang. Tetapi dapat dimaklumi jika negara-negara Dunia ketiga mencemaskan efek hiburan murah dan iklan yang merayu yang akan dicurahkan pada bangsa mereka oleh kapitalis besar pemilik satelit. Inilah saat ideal untuk membuat isu politik dan mencubit ekor kekuasaan-kekuasaan itu, terutama kekuasaan yang paling besar.
Benarlah apa yang Wilbur Schramm katakan pada paragraf selanjutnya:
Mengendalikan komunikasi berarti mengendalikan apa yang bakal terjadi pada budaya mereka.
Dari sini nampak jelas akan pengaruh satelit komunikasi pertelevisian begitu sangat besar lebih-lebih apabila yang mengendalikan adalah para kapitalis dengan menonjolkan tayangan-tayangan berbahaya yang tidak mendidik dan vulgar, hal ini dapat mempengaruhi masa depan generasi anak-anak keluarga muslim apabila tidak dilakukan penyaringan/sensor, akibatnya rata-rata genarasi anak-anak keluarga muslim meniru apa yang ada dalam acara tersebut sehingga tindak criminal, pelecehan seksual merebak dimana-mana dan semuanya mengaku dari keluarga muslim, maka rusaklah jati dirinya sebagai muslim yang memiliki kemuliaan.
Selanjutnya beliau berkata: Jadi, proporsi pertukaran budaya lebih banyak pada jembatan media massa dari pada kontak personal.
Memang demikian semisal media elektronik televisi dari media ini penonton hanya bisa menerima secara monoton dan tidak bisa memilah-memilih acara kecuali penonton tersebut yang menyesuaikan waktu dengan acara yang akan dilaksanakan oleh oprator televise, lain dengan media cetak semisal majalah dan Koran yang seseorang bisa memilah-milah isi kajian dan berita yang disajikan sesui dengan kebutuhannya sehingga dampak kerusakan meskipun ada bisa diminimalisir sekecil mungkin bukankah Allah berfirman:
“janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi” (albaqarah: 11)
           •   •   
)المائدة: 2)
"dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya".
Wilbur Schramm berkata: Penyair Bengali yang cemerlang Rabindranath tagore, yang meninggal tahun 1941, adalah teladan hidup dari dorongan menuju universalitas. Ia mempelajari pemikiran tetangganya yang muslim dan kristen, begitu pula Hinduismenya sendiri.
Setiap agama memliki batasan pun agama yang haq yaitu Islam, agama lain boleh dipelajari apabila dipertujukan untuk mengetahui letak kebatilan dan kelemahan-kelemahan agama lain, namun apabila dipelajari untuk keuniversalitas agama mendorong ke pemahaman pluralisme agama sehingga kesimpulannya semua agama sama menuju tuhan yang sama dengan jalan dan cara ibadah yang berbeda-beda, dalam mengistilahkan tuhan setiap masing-masing orang berbeda-beda maka orang Kristen mengistilahkan nama tuhannya dengan Yesus orang Yahudi dengan Yahweh orang islam dengan Allah dan lain sebagainya, beginilah kerancauan pemahaman apabila setiap pendefinian makna Tuhan disamakan, Tuhan yang benar-benar haq disamakan dengan tuhan-tuhan bikinan akal manusia. Jelas alquran adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad saw sebagai utusan Tuhan untuk memperingati manusia dari hal pemikiran seperti ini. Oleh karena itu jauh-jauh hari Tuhan yang berhaq diibadahid dari segala Tuhan yang bathil mengingatkan.
1. “ Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Al-kafirun:1- 6).
Menurut Wilbur Schramm Syarat-syarat individu untuk berkomunikasi secara efektif antar budaya.
Pertama, menghormati anggota budaya lain sebagai manusia, misalnya orang Jepang dan Amerika, yang sedang mengobrol, pertama adalah manusia, dengan banyak sifat dan keinginan yang sama. Komunikasi berhasil, jika komunikasi yang terjadi diantara mereka haruslah komunikasi pribadi pada pribadi, bukan hanya Jepang dan Amerika.
Komunikasi dalam keseharian seperti jual beli, bantu membantu dalam hal-hal keduniaan dan lain-lain yang tidak mengarah pada mendukung keagamaan orang kafir, islam memperbolehkannya. Menghormati golongan lain diperbolehkan dalam islam namun setandar penghormatan seperti apa yang diperbolehkan? islam telah membatasinya selama tidak ada singgungan dengan keagamaan dan ritual-ritual golongan tersebut maka tetap diperbolehkan dalilnya Rosulullah saw memberlakukan hak yang sama dengan kaum muslim terhadap orang-orang kafir dzimmi (orang-orang kafir yang tinggal di negara islam) atau orang-orang kafir yang tidak memerangi orang-orang beriman.
Kedua, harus menghormati kebudayaan lain apa adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Sebuah budaya adalah cara hidup yang telah dijalankan orang sehingga mereka dapat hidup menurut kehendak mereka. Suatu budaya yang aneh menurut pandangan kita; tentu tidak aneh bagi orang yang hidup dalam budaya itu. Tidak ada kebudayaan yang tidak baik, yang semuanya perlu kita hormati.
Menghormati kebudayaan lain haruslah ditimbang sesuai dengan batasan-batasan agama, apabila dalam kebudayaan tersebut tidak bertentangan dengan garis-garis batas agama tentu hal tersebut diperbolehkan, tetapi bila bertentangan tentu bukanlah suatu hal yang aib apabila melawan arus dengan sebuah kebudayaan tersebut.
Ketiga, adalah menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak. Dapatkah kita belajar menahan diri untuk tidak merasa lucu atau jengkel sampai kita memahami mengapa orang dari budaya lain bertindak seperti itu? Pertama, dugaan biasanya salah. Berkali-kali saya terkejut pada pertemuan yang pertama dengan oran India yang mendatangi saya dengan garang dan tampaknya galak. Pada sisi lain, sopan santun orang cina asli sering mengecoh saya pada pertemuan yang pertama dan menyebabkan saya menduga tidak da perbedaan di antara kami. Dengan perkenalan yang cukup lama, orang India tersebut menjadi teman baik saya dan saya menyadari bahwa lebih banyak ketiak sepakatan antara saya dengan orang Cina itu daripada apa yang saya duga sebelumnya.
Begitu juga dengan hal yang ketiga yang intinya apabila tidak ada singgungan dalam keagamaan maka hal tersebut tetap diperbolehkan. Hal ini berdasarkan pada sebuah kaidah ushuliyah yang berbunyi,
الأصـل فــي الأشيـــاء الإباحــــة
“Pada dasarnya segala hal apa saja diperbolehkan”
Dari sinilah selama tidak berlawanan dengan hal agama, dalam bentuk apapun tetap boleh meskipun dari pandangan kita hal itu berlawanan dengan norma kebiasaan masyarakat kita.

0 Response to "Perihal Membangun Jembatan"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme